Pentingnya Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman  hayati berasal dari kata “Biological Diversity” disingkat menjadi ”Biodiversity” yaitu berbagai macam makhluk hidup yang hidup di bumi ini, termasuk di dalamnya binatang, tumbuhan dan mikroorganisme, termasuk juga beragam genus dan kompleks ekosistem yang menunjangnya. Jadi sebenarnya merupakan kumpulan dari tanaman, hewan dan mikroorganisme  yang telah ada di dalam planet kita  ini selama ratusan bahkan ribuan tahun (McNeely and Scherr, 2001dikutip Widianto,dkk. 2003).  Kata biodeversity ini menjadi lebih hangat di bicarakan semenjak ditandatanganinya deklarasi Lingkungan Rio de Janeriro, Berazil, 1992 (The declaration Agenda 21 at the Earth Summit). Di sini sebenarnya biodeversity adalah ‘subyek’ bukan sebagai ‘nilai’ atau ‘ukuran jumlah’.

Biodeversity secara formal didefinisikan sebagai keanekaragaman antar makhluk hidup dari berbagai sumber termasuk diantaranya daratan (terrestrial), perairan (marine) dan ekosistem perariran lainnya; termasuk pula keanekaragaman dalam spesies, antar spesies dan dalam ekosistem. Secara skematis biodeversity berada pada berbagai tingkatan luasan. Total biodeversity bisa diukur pada tingkat lokal atau “dalam satu habitat” (alpha diversity) dan pada tingkat spesies itu sendiri (di dalam komposisi spesies atau umur paruh spesies) serta pada berbagai habitat atau lokasi (beta diversity).

Beberapa argumen tentang keanekaragaman hayati yang harus dilindungi, antara lain berdasarkan nilai saat ini, orang masih tegantung kepada hutan sebagai sumber pangan, obat-obatan dan sebagainya. Dimasa mendatang, keanekaragaman genetik untuk keperluan seleksi tanaman atau produksi pangan atau produksi tertentu yang kita akan membutuhkannya di suatu saat nanti, atau untuk keperluan obat-obatan. Untuk itulah  kestabilan ekosistem, kebudayaan/spiritual misalnya sumber inspirasi dan moral dimana semua spesies mempunyai hak untuk tetap ada di alam perlu dijaga eksistensinya (Widianto,dkk.2003)

Leave a comment